No icon

pengalaman pribadi

BERTEMU DENGAN KELUARGA DI INDONESIA

Sementara itu sempat dibicarakan pula bahwa kami memang ingin ke Indonesia dan masih ingin menikah. Tapi kata teman saya, Indonesia itu prioritas utama, bisa menikah setelahnya. Tapi bagaimana caranya, saya juga ingin pengalaman pertama saya di sana bersama anak-anak saya. Terima kasih kepada orang tua saya, keinginan saya menjadi kenyataan dan kami baru-baru ini berangkat ke Indonesia bersama mereka pada tanggal 15 Juli.

 Tanggal 16 Juli 2023, kami mendarat dengan pesawat Garuda di bandara Jakarta.  Lagu kebangsaan Indonesia sudah terdengar di pesawat saat mendarat aku merasakan tangan putri sulungku di bahuku, temanku menggandeng tanganku dan saat itu banyak sekali emosi yang dilepaskan kembali. Akhirnya setelah 43 tahun aku kembali ke negara asalku.

Meskipun percakapan persiapan dengan psikolog saya, perasaan dan pikiran saya bekerja terus-terusan. saya masih tidak tahu apa yang harus saya rasakan atau pikiran. Dengan kalimat psikologku ‘tidak apa-apa kalau tidak langsung merasakan atau memikirkan sesuatu’. aku biarkan saja.

Jadi kami mendarat di Bandara Jakarta dan dijemput oleh supir kami yang ditugaskan oleh agen perjalanan kami selama 2 minggu di Jawa. Agen perjalanan telah membuat program yang sangat bagus untuk kami, tetapi karena saya telah berdiskusi dengan dengan contact person saya dari Ibu Indonesia bahwa saya akan pergi ke Indonesia, saya diberitahu bahwa saya berhak mendapatkan subsidi untuk perjalanan asal saya! Ini berarti say abisa mendapatkan pemandu/sopir selama 5 hari yang datang bersama kami untuk menunjukkan lebih banyak tentang penduduk setempat.

Kami sudah berdiskusi sebelumnya bahwa saya sangat ingin bertemu dengan ‘keluarga’. Mereka mampu mengaturnya bersama dengan relawannya, Pardi. Dan begitulah kami berangkat, 17 Juli 2023 kami berangkat dulu dengan sopir kami sendiri menuju guest house tempat orang tuaku menginap, ketika mereka datang menjemputku karena belum jelas apakah kami bisa melihat rumahnya dari atas. Kami berjalan mengitari pekarangan yang terletak di sebelahnya. Ada rumah pegawai bank dari luar negeri yang tinggal di sana bersama keluarganya. Ada juga taman kanak-kanak, Pardi mengatur agar kami mengunjungi sekolah tersebut. Kami berakhir di sebuah kelas, emosiku membuatku kewalahan, itu sangat tergoyahkan, indah, manis, tapi menurutku juga dapat dikenali dalam beberapa hal. Aku tidak dapat mengingat apapun kecuali di suatu tempat dalam diriku bahasa, bahasa suara, dll yang terdengar akrab bagi saya ditelinga.

Setelah makan siang kami pergi ke keluarga non-biologis saya. Kami bertemu dengan 2 dari 3 putri, saya mengenali mereka dari foto. Bersama keluarga dan orang tua angkat, kami mengikuti mereka melewati jalan-jalan kecil di kampung mereka. Kami sampai di rumah mereka dan saya berdiri berhadapan dengan sang ayah, yang dalam pikiran saya jauh lebih muda tetapi sekarang ada seorang tua laki-laki bagiku. Meskipun kami bukan saudara sedarah, kami disambut dengan hangat dan seluruh keluargaku merasakannya, kesadaran itu juga datang pada saat itu dan aku tidak bisa mengendalikan emosiku. Aku dihibur oleh putri-putriku, tidak ada seorang pun yang bisa mengambil momen itu dariku, tapi itu membuatku bingung karena kalau ini berdampak seperti itu apalagi jika itu adalah keluarga kandungmu yang sebenarnya. Sayangnya kami harus mengucapkan selamat tinggal lagi dan kami memiliki foto yang indah dan kenangan yang sangat indah.

 

Comment As:

Comment (0)