
ORGANISASI DI INDONESIA
Yayasan di Jakarta
YAYASAN SAYAP IBU
Sejarah
Yayasan Sayap Ibu didirikan pada tanggal 25 Mei 1955 oleh Ibu Sulistina. Nama yayasan ini berasal dari bahasa Belanda yang berarti di bawah sayap ibu.
Ibu Sulistina tinggal bersama suaminya di Jalan Barito II No. 55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Awalnya dia melihat pedagang kaki lima di daerahnya yang harus bekerja sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhannya termasuk dengan juga membawa anak-anak mereka dari pagi hingga larut malam. Kemudian Ibu Sulistina menawarkan rumahnya agar anak-anak tersebut dapat menunggu bersamanya sampai ibu mereka selesai bekerja.
Keadaan ekonomi dan situasi keluarga yang terus memburuk menyebabkan beberapa anak tidak lagi dijemput oleh orang tua mereka dan terus tinggal bersama Ibu Sulistina. Oleh karena itu didirikanlah yayasan dengan tujuan untuk merawat anak-anak dengan lebih baik. Adapun yayasan ini memiliki inovasi yang kreatif dalam hal penggalangan dana sehingga dapat memiliki dana berupa uang yang memadai.
Sekitar tahun 19968 keadaan makin sulit bagi yayasan dalam mengumpulkan uang untuk menghidupi anak-anak, hingga kemudian yayasan mendekati istri Jenderal Nasution karena alasan tersebut.
Ibu JS Nasution
Johana Sunarti Nasution (Bu Nas) sudah menjadi ketua organisasi payung kesejahteraan di Jakarta atau BKKKS. Kemudian membawa Yayasan Sayap Ibu di bawah naungan BKKKS, dimana setelah pengangkatannya segala sesuatunya menjadi lebih baik untuk yayasan tersebut.
Sejak tahun 1968, yayasan ini telah mengasuh anak dari usia 0 sampai 5 tahun. Selama periode tersebut berbagai aplikasi pertama untuk adopsi juga mulai berdatangan ke yayasan.
Adopsi Tanpa Aturan
Pengangkatan anak pada saat itu belum masuk ke dalam peraturan pemerintan yang ada untuk mengatur proses adopsi. Pengangkatan anak tersebut masih dilakukan atas dasar hukum adat yang berlaku di daerah asal calon orang tua angkat. Adopsi berjalan seperti pengalihan hak asuh daripada adopsi seperti yang telah dikenal di Belanda. Di Indonesia misalnya, nama, kewarganegaraan, dan garis keturunan tidak berubah setelah diadopsi. Sementara di belanda semua ikatan dengan orang tua kandung telah diputuskan melalui adopsi.
Anak-anak yang tinggal di yayasan Sayap Ibu juga diserahkan untuk diadopsi oleh orang tua asal Belanda. Pengangkatan anak dapat dilakukan secara sah di Indonesia selama periode ini hanya berdasarkan pada surat keterangan notaris. Hal ini mengakibatkan maraknya perdagangan anak. Bu Nasution mengindikasikan bahwa organisasi lain telah membayar jumlah yang terlalu tinggi untuk anak-anak tersebut. Kadang-kadang sebanyak 10.000 sampai 20.000 gulden, untuk itu dia ingin mengakhiri hal tersebut.
Sayap ibu sangat prihatin akan hal ini. Salah satu sukarelawan mereka telah menulis proposal atas nama yayasan yang menunjukkan bagaimana prosedur adopsi dapat diperbaiki. Usulan itu antara lain seperti, pengangkatan anak tidak lagi dapat diatur di notaris sipil, tetapi pengangkatan anak harus selalu dilakukan melalui pengadilan. Diusulkan pula untuk mendirikan lembaga seperti Perlindungan Anak di indonesia yang dapat membantu Kementerian Sosial dalam memberikan izin dan mengawasi orang tua angkat. Dengan ini, yayasan berharap dapat menghentikan perdagangan anak. Yayasan tersebut telah menyampaikan keprihatinannya kepada parlemen dan telah mengirimkan proposalnya ke berbagai kementerian.
Kemudian proposal yayasan membuahkan hasil:
Pemerintah mulai mengeluarkan izin kepada organisasi adopsi yang diakui (hanya 5 organisasi Indonesia yang mendapat izin secara resmi termasuk yayasan Sayap Ibu). Sejak saat itu, adopsi internasional juga harus diucapkan oleh pengadilan (akta notaris saja tidak lagi cukup).
Fungsi Penting
Berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, yayasan Sayap Ibu tidak hanya berwenang mengatur adopsi internasional untuk anak-anak dari yayasan itu sendiri, tetapi juga diperbolehkan untuk anak-anak yang telah diasuh oleh yayasan lain. Oleh karena itu, nama yayasan juga dapat muncul dalam surat adopsi anak angkat yang diadopsi melalui yayasan lain.
Perkembangan Di Dalam Yayasan
Di dalam yayasan situasi ekonomi masih buruk sehingga yayasan harus berusaha keras untuk mendapatkan uang. Yayasan ini telah didukung melalui berbagai cara misalnya, menerima bantuan susu dari kedutaan asing melalui WIC (Womens International Club). Kemudian suami dari Ibu Ciptaningsih Utaryo (pengurus baru yayasan) bekerja di kapal pesiar dan seringkali panti asuhan menerima sisa makanan dari kapal pesiar.
pada tahun 1977, Ibu Utaryo pindah ke Yogyakarta dan Ibu Nasution mengambil alih pimpinan Sayap Ibu.
Adopsi dari Yogyakarta
Bersama Ibu Sarwanto Brojonegoro, Ibu Utaryo mendirikan cabang baru dari Yayasan Sayap Ibu di Yogyakarta. Yayasan ini bertempat di Jl Yogyakarta Rajawali No. 3, Pringwulung Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bangunan itu terletak di antara sawah dan di atas sungai.
Banyak anak telah diadopsi melalui pengadilan di Sleman, dimana sebagian besar diadopsi oleh orang asing dilakukan disini oleh keluarga dari Australia yang bekerja sama dengan ASIAC.
Dengan bantuan organisasi bantuan Kanada, Panti 1 dibangun pada tahun 1981 di Keluarga Condongcatur, Sleman (yang sekarang berfungsi sebagai tempat penampungan bayi dan balita). Selama bertahun-tahun telah banyak dikumpulkan uang dari berbagai negara dan lebih banyak panti dibangun sebagai tempat berlindung.
Adopsi dari Jakarta
Sejak tahun 1978, cabang di Jakarta dipimpin oleh Ibu Titik Mohammad Said serta Ibu Nasution mengambil alih manajemen keseluruhan dari dua cabang (Jakarta dan Yogyakarta). Alamat dari cabang di Jakarta masih berada di Jl Barito II No. 55 Jakarta Selatan.
Pada tahun 1979, dengan bantuan dari pemerintah daerah, panti asuhan dibangun kembali disini.
Di gedung ini sayangnya terjadi gangguan saat banjir melanda. Pada tahun 1985 saat musim hujan para staf membawa pulang anak-anak pada malam hari dan mengembalikannya keesokan harinya. Dengan dukungan dana dari gubernur, gedung ini dibangun kembali pada tahun 1980 menjadi gedung yang masih dapat ditemukan di Jl Barito II No. 55.
Kepentingan Umum
pada tanggal 1 April 2004, yayasan Payung pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena Ibu Utaryo telah mengambil alih manajemen umum kedua departemen tersebut pada tahun itu.
Pada tahun 2014, kepengurusan umum kedua departemen (Jakarta dan Yogyakarta) dipindahkan kembali ke Jakarta. Sejak 25 November 2014, disewakan kantor di Jl Brawijaya sebagai pusat pengelolaan umum. Sejak November 2017, yayasan Payung juga pindah ke alamat yang sama dimana semuanya dimulai yaitu Jl Barito II No. 55 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Arsip
Yayasan masih dapat dikunjungi di alamat tersebut. Yayasan masih memiliki arsip dan bersedia membantu anak angkat yang mencari ibu kandungnya.
Di Belanda ada sebuah yayasan yang berafiliasi dengan Sayap Ibu. Yayasan ini bernama Stichting Kindertehuis Sayap Ibuyang berlokasi di Amsterdam. Merekan mendukung Sayap Ibu dalam hal keuangan, dimana mereka tidak terlibat dalam proses adopsi.
Kerja Sama
Sayap Ibu bekerja dengan BIA untuk adopsi. Yayasan Sayap Ibu telah menghubungi berbagai rumah sakit dan klinik bersalin yang menghubungi mereka jika seorang ibu ingin merelakan anaknya karena alasan ekonomi biaya rumah sakit.
Apakah anda ingin mengetahui bidan atau mediator mana yang kami temui yang bekerja dengan Sayap Ibu dalam adopsi internasional?
Jika anda diadopsi melalui Sayap Ibu, kami ingin mendengar dari Anda bagaimana prosesnya dan bidan, dokter, serta mediator mana yang disebutkan dalam arsip Anda. Bantu kami:
Yayasan Nedindo
Nedindo sudah ada sejak awal 1970-an yang bermula sebagai biro perjalanan. nedindo bekerja dengan mrs. Suzanne Gideonse dari Overseas Contacts Foundation (SOC) dari Belanda. Nedindo menunjukkan dirinya pada 1979, seperti Sayap Ibu mereka juga telah mendapat izin dari pemerintah Indonesia.
Pada tahun 1978 Bertie Heeg mengawasi orang tua angkat di Belanda untuk SOC. Kemudian SOC berhenti mengadopsi mediasi pada tahun 1980, dia melanjutkan dengan yayasannya sendiri yaitu Kind en Toekomst.
Di Jakarta, Nedindo memiliki tempat penampungan untuk 20 hingga 30 anak, dimana rumah tersebut disebut dengan Sarang Bangau. Orang tua angkat diwajibkan bekerja sama selama beberapa hari sebagai sukarelawan di Ooievaar Nest. Anak-anak dari Surabaya juga diasuh melalui Nedindo dan diadopsi oleh orang tua Belanda.
Alamatnya disebutkan pada tahun 1978:
Jalan Pecenongan 69
Jakarta Pusat
Alamat ini kemudian dijadikan sebagai alamat notaris. Terkadang anak-anak dari Surabaya akan dipindahkan ke Ooievaarshuis di Jakarta sebelum anak-anak tersebut diadopsi.
-
Kasih Bunda/Bina Sejahtera
Kasih Bunda adalah panti asuhan di Jakarta. Kasih berarti Cintadan Bunda berarti Ibu. Lebih dari 800 anak dikabarkan telah berangkat ke Eropa melalui Kasih Bunda, dimana ratusan anak diantaranya ke Belanda Utara. Pemimpin dari yayasan ini yakni Jeanne Marie Tumewu yang bekerja pula sebagai pemandu wisata SOC di Indonesia pada tahun 1970-1975. Dia dikatakan telah mulai mengatur adopsi pada tahun 1972.
Ada beberapa cerita tentang bagaimana dia terlibat misalnya, dia diminta untuk mengatur adopsi keluarga sultan Pontianak. Cerita lain menunjukkan bahwa keterlibatannya dalam adopsi dimulai dengan mengasuh dua bayi. Dikatakan juga bahwa mengatur adopsi dimulai dengan mengatur putri Bertie Heeg-Treur.
Yayasan Mulia
Pada tahun 1976, klinik usaha mulia di kawasan pejompongan melayani masyarakat trmiskin di Jakarta. Yayasan Mulia didirikan pada 10 Mei 1978 dan sudah terlibat dalam adopsi internasional segera setelah pendiriannya. Mungkin sebelumnya, keluarga Winata telah mengatur adopsi internasional untuk yayasan tersebut di Indonesia. Putra keluarga Indonesia ini juga kerap menunjukkan kepada orang tua angkatnya di Jakarta dan sekitarnya. Yayasan ini dipimpin oleh Mohamad Yusuf Rachmad di Jakarta, serta di Belanda.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi tidak sepenuhnya jelas. Yayasan Mulia Belanda mengindikasikan bahwa mereka bekerja sama dengan dua yayasan di Jakarta, yakni:
Yayasan Bahagia Utama, yang bertempat di Kompleks Greenville/Blok N/11 (atau II), Tanjung Duren, Temeng Barat, Jakarta. Yayasan ini memberkan bantuan kepaa anak-anak dan mengawasi adopsi. Adapun fondasinya sudah tidak ada lagi.
Yayasan Budhi Darma Driewanti, yayasan ini membantu masyarakat miskin di wilayah Manggarai, Jakarta. Yayasan ini terhubung dengan Sister Lemmers. Suster Andre Lemmers berasal dari Belanda dan telah tinggal di Indonesia sejak tahun 1977. Sekarang yayasan ini sudah tidak beroperasi lagi.
Sumber lain menunjukkan bahwa Sister Lemmers adalah pemimpin proyek "Yayasan Mulia" di Jakarta.
Paa tahun 1980, yayasan ini memiliki klinik di Jakarta, dimana terdapat klinik keliling yang membantu masyarakat termiskin. Sekitar 100 km di luar Jakarta, yayasan tersebut telah mendirikan perkampungan anak dimana anak-anak terlantar dan 'hilang' diasuh. Disini juga terdapat temapt penampungan bagi penderita TBC.
Dalam putusan pengangkatan hakim di Jakarta, mitra kerjasama Yayasan Mulia Belanda di jakarta disebut "Yayasan Mulia" (bukan Yayasan Bahama Utama). Struktur organisasi tampaknya tidak seenuhnya konsisten di sini.
Kami menemukan tiga alamat Yayasan Mulia di Jakarta:
- Jl Palmerah Utara 23 Jakarta
- Jalan Haji Agus Salim 57
- Jalan Kartini XIII nomor 14 Jakarta Pusat
Orang tua angkat
Sister Lemmers dengan senang hati menunjukkan karyanya di kampung Manggarai kepada orang tua yang berminat. Orang tua juga bisa memberinya hadiah untuk menunjang pekerjaannya. Orang tua angkat tidak dianjurkan oleh Yayasan Mulia untuk mengunjungi rumah/klinik anak. Hal ini akan mengganggu keteraturan perawatan bayi. Bayi itu lebih suka dibawa ke orang tuanya.
Dibatalkan
Pada tahun 1980, yayasan di Jakarta dikabarkan ditutup smenetara oleh polisi. Fondasinya sudah tidak ada lagi. Keluarga Winata dikabarkan hijrah ke AS. Ibu dari keluarga tersebut telah meninggal. Tidak ada data yang disimpan.
Kerja sama
Yayasan Mulia bekerja di Belanda bersama dengan "Adoption Association Reformed Family in Formasi" dan dengan "Stiching Mulia" Belanda. Adopsi biasanya dapat diatur dengan cepat.
Panti Asuhan Pa van der Steur , Jakarta
Panti asuhan ini didirikan ketika Pa van der Steur menetap di Magelang sebagai misionaris paa tahun 1893. Beliau peduli terhaap anak yatim dan anak terlantar. Setelah Perang Dunia Kedua panti asuhan pindah ke Jakarta. Pada tahun 1957, Bram Bernard (salah satu anak yang diasuh oleh Pa van der Steur di masa mudanya), dia bekerja untuk anak-anak tersebut hingga tahun 2001.
Pada tahun 1973, tanah dibeli di Pondok Gede (sekarang Pondok Melati), sekitar 15 km sebelah timur Jakarta. Disini dibangun panti asuhan baru yang mampu menampun 150 anak. Di sini juga dibangun sekolah pada tahun 1979.
Alamat di Pondok Gede;
Jalan Raya Pasar Kecapi No.26
Kelurahan Jatirahayu
Kecamatan Pondok Melati (Pondok Gede)
Adopsi pertama diprkirakan sudah terjadi paa tahun 1973. Panti Asuhan Pa van der Steur bekerja sama dengan yayasan Melati Belanda. Yayasan tersebut didirikan di Belanda pada tanggal 22 Agustus 1979 dengan tujuan untuk membina orang tua angkat. Yayasan tersebut masih ada dan kini terlibat dalam bantuan proyek di Indonesia. Antara tahun 1979 dan 1983, 1330 anak datang ke Belanda melalui Yayasan Melati. Nyonya Abrahamsz (bibi Suus) adalah penghubung mereka. Tidak seenuhnya jelas apakah Nyonya Abrahamsz bekerja untuk yayasan Pa van der Steur atau menjadi prantara secara mandiri.