ABOUT US

Latar Belakang: Sejarah dan motivasi berdirinya Yayasan Ibu Indonesia

Antara tahun 1976 hingga 1983, sekitar 3.500 anak Indonesia diadopsi oleh orang-orang Belanda. Sayangnya surat adopsi seringkali dipalsukan. Setelah dilakukan tes DNA, nama ibu yang tertera dalam berkas adopsi ternyata bukan ibu kandung si anak. Banyak anak-anak yang direnggut dari ibu kandungnya dengan alasan palsu untuk dijual kepada para pelaku perdagangan manusia. Pada tahun 1983, Indonesia akhirnya melarang adopsi internasional akibat dari banyaknya pelanggaran yang terjadi.

Adapun Zembla, sebuah program dokumenter televisi Belanda menyoroti hal ini dalam film dokumenter "Adoption Deception"

Misi Kami: Menghubungkan anak-anak yang telah diadopsi dengan keluarga biologis mereka

Seorang ibu merupakan salah satu bagian masyarakat yang paling rentan. Kami melihatnya sebagai misi kami untuk menemukan para ibu ini di Indonesia, mendukung mereka dan menawarkan mereka kesempatan untuk menceritakan kisah mereka dan bertemu kembali dengan anak-anak mereka (apabila anak-anak mereka juga menginginkan hal ini)

DNA

Oleh karena itu, pada tahun 2019 kami memutuskan untuk mendirikan Yayasan Ibu Indonesia yang menawarkan kesempatan untuk melakukan DNA kepada sebanyak mungkin ibu yang menyerahkan (atau telah mengambil) anaknya untuk diadopsi di Indonesia pada akhir tahun 1970an dan awal 1980an. Penelitian untuk menemukan anak mereka yang dilepaskan.

Kami ingin memberikan kesempatan kepada para ibu ini untuk melakukan tes DNA sehingga DNA mereka dapat diproses di bank DNA.

Banyak anak adopsi yang sekarang juga sudah melakukan hal ini, sehingga memungkinkan adanya peluang kecocokan. Semakin banyak ibu yang bisa kita temukan dengan memberi mereka kesempatan untuk mendonorkan DNA, maka semakin besar pula peluang untuk mendapatkan kecocokan.

Mengapa DNA?

Banyak file yang salah atau palsu. Anak adopsi yang menemukan seorang ibu yang namanya tertera dalam arsip kemudian mengeahui bahwa “ibu” tersebut bukanlah ibu kandungnya. Dalam kasus lain, ia memang seorang ibu yang menyerahkan satu anaknya untuk diadopsi, namun kartu identitasnya telah digunakan oleh agen adopsi untuk beberapa anak, sehingga di atas kertas ia memiliki beberapa anak yang diserahkan untuk diadopsi.

Banyak anak juga yang telah tertukar. Seperti yang ditunjukkan dalam artikel surat kabar pada masa itu, bayi-bayi tersebut terkadang dibawa dari desa ke kota, terkadang sebanyak 12 bayi sekaligus. Data yang benar tidak selalu disimpan untuk setiap anak. Kadang-kadang informasi tentang asal usul bayi tersebut sengaja dirahasiakan dan diubah dalam arsip untuk mencegah terungkapnya praktik perdagangan anak.

Anak-anak yang lahir di desa dan dijemput oleh mediator seringkali mendapat akta kelahiran dari Jakarta.

Yang terakhir, anak-anak adopsi yang mencari ibu mereka melalui organisasi-organisasi yang disebutkan dalam arsip mereka, ternyata, mungkin sengaja dibawa ke ibu yang salah sehingga mereka kemudian dapat mengirim uang kepada “kerabat” yang membutuhkan selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, tes DNA selalu diperlukan. Pilih tes DNA di bank DNA seperti MyHeritage. Dengan cara ini, jika ternyata Anda bukan anaknya, Anda tetap memberikan kesempatan kepada ibu untuk menemukan anaknya. Anda juga membantu anak adopsi lainnya dalam hal ini.

Pendekatan Etis: Komitmen kami terhadap praktik yang mengutamakan integritas dan keamanan serta memastikan hak-hak anak adopsi dan keluarganya dihormati

Merupakan keputusan yang disengaja untuk tidak memposting foto atau nama ibu, keluarga yang ditemukan, atau anak adopsi tempat kami bekerja di situs web atau media sosial kami. Kami menjamin bahwa kami akan menangani semua data yang diberikan dengan kerahasiaan mutlak dan kami menghargai hal ini.

Karena ibu berada dalam posisi tanggungan, jika kita meminta izin, mereka mungkin merasa terpaksa untuk menyetujuinya. Untuk mencegah hal ini, kami memutuskan untuk tidak menanyakan pertanyaan ini. Oleh karena itu, kami hanya membagikan hasil tes DNA tersebut kepada pihak yang terlibat.

Pengurus Yayasan Ibu Indonesia

Nani Keizer (sekertaris)

Saya diadopsi pada tahun 1982 dan datangn ke Belanda dari Jakarta. Sayangnya saya juga diberitahu bahwa saya diserahkan secara ilegal, karena ibu dari arsip saya ditemukan, namun sayangnya dia mengaku hanya merawat bayi yang masuk saat itu. Bahkan setelah tes DNA, tampaknya tidak ada kecocokan. Sayangnya, saya juga menemui jalan buntu dalam pencarian saya yang kedua. Komitmen saya terhadap Yayasan ini sangat besar dan saya melihat ini sebagai alternatif yang bagus bagi para ibu di Indonesia dan bagi anak-anak adopsi yang terjebak dalam pencarian mereka. Kami berharap dengan melakukan tes DNA akan menghasilkan kecocokan. Beapa indah dan berharganya hal itu. Saya seorang Terapis Holistik dalam platihan dan ingin berspesialisasi dalam masalah keterikatan. Saya juga bekerja sebagai suprvisor di sebuah institusi kesehatan

Patricia Steenstra (bendahara)

Menurut akta kelahiran saya, nama saya Irawati dan saya lahir di Jakarta pada tahun 1981. Sayangnya, isi file adopsi saya palsu, sama seperti banyak orang lain yang datang ke Belanda dari Indonesia pada periode yang sama. Penelitian DNA kini telah menunjukkan hal ini. Mungkin ibu saya sedang mencari saya atau anak adopsi lain mengetahui detail saya. Oleh karena itu, saya terdorong untuk melacak sebanyak mungkin ibu-ibu untuk dikumpulkan DNA-nya dan mempertemukan ibu-ibu dan anak-anak tersebut (jika mereka berdua mau) saling berhubungan. Dalam kehidupan sehari-hari saya adalah seorang istri, ibu dan bekerja penuh waktu sebagai asisten manajemen. Saya berharap dapat membawa keluarga saya ke Indonesia yang indah dalam waktu dekat dan menikmati makanan serta orang-orang di sana.

Berber Swart (ketua)

Saya sendiri bukan anak adopsi, namun saya mempunyai ikatan yang kuat dengan Indonesia. Ayah dan ibu mertua saya lahir di Yogyakarta. Sejarah keluarga kami terhubung dengan Indonesia. Mungkin justru karena saya begitu sadar akan sejarah keluarga ini, saya tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya hidup tanpa pengetahuan ini. Dalam kehidupan profesional saya, saya adalah seorang pengacara, dengan spesialisasi hukum pidana dan imigrasi dan saya adalah dosen di Hanze University of Applied Sciences. Saya suka Indonesia, bahasanya, ketangguhan masyarakatnya yang luar biasa, keramahan dan keramahtamahannya, makanannya, kreativitas dan komitmennya yang sering saya alami di sana. Oleh karena itu, saya ingin menggunakan pengetahuan dan kemampuan saya untuk mendukung para ibu di Indonesia.