No icon

Pencarian

Menguak Sebab: Mengapa Para Ibu Menyerahkan Anaknya Untuk Diadopsi

Kondisi para ibu yang memutuskan untuk menyerahkan anaknya untuk diadopsi adalah sebuah perjuangan emosional yang kompleks dan penuh pertimbangan. Keputusan ini seringkali diambil dalam situasi yang sulit, dan para ibu harus menghadapi berbagai aspek yang melibatkan perasaan, kebijakan sosial, dan kesejahteraan anak.

Berkaitan dengan hal ini, investigasi yang dilakukan oleh tim Ibu Indonesia pada 11 s.d. 17 Oktober 2023 di Jakarta menemukan beberapa kesaksian dari kerabat seorang ibu yang diduga sebagai ibu kandung dari anak adopsi yang kini mencari tahu tentang asal usulnya.

Para ibu menghadapi situasi yang berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin memutuskan untuk menyerahkan anak mereka karena alasan ekonomi, atau masalah sosial yang kritis. Ini menunjukkan bahwa ada beragam alasan dan pengalaman yang melatarbelakangi keputusan ini. Diantaranya,

1. Hamil Diluar Nikah

Di Indonesia, mayoritas penduduknya adalah Muslim dimana agama memiliki pengaruh kuat dalam membentuk norma-norma sosial. Kehamilan di luar nikah dianggap melanggar ajaran agama Islam. Hal ini dapat mengakibatkan tekanan sosial dan stigma yang kuat terhadap perempuan yang hamil di luar nikah.

Hal tersebut juga dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan dapat mengakibatkan stigma sosial yang serius. Perempuan yang hamil di luar nikah seringkali menghadapi pengucilan, pelecehan verbal, atau bahkan fisik. Keluarga juga bisa merasa malu dan mencoba untuk menyembunyikan kehamilan tersebut.

"Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri perbuatan itu, sayang sekali padahal anaknya cantik dan rajin" Ujar Amir, bukan nama sebenarnya, ketika mengulang perkataanya menyayangkan kerabatnya yang dianggap melakukan perbuatan asusila.

"Dia cuma bilang kalau dia kasih anaknya ke orang, dia tidak mau memberi tahu saya kemana dan kepada siapa anak itu dia berikan. Dia takut orang lain tahu kalau dia hamil diluar nikah. Apalagi orang tuanya galak" terangnya kepada Tim Investigasi Ibu Indonesia.

2. Pasangan Yang Tidak Bertanggung Jawab

Tak jarang ditemukan kasus kehamilan diluar pernikahan dimana sang ayah dari calon bayi menolak untuk bertanggung jawab. Situasi ini tentu mempengaruhi keadaan emosional ibu. Mereka mungkin merasa sendiri dan kesepian, terlalu terbebani, atau merasa putus asa dalam menghadapi tanggung jawab ganda sebagai orangtua. Mereka mungkin harus memenuhi kebutuhan sehari-hari anak tanpa dukungan finansial yang cukup, yang tentu berdampak pada kualitas hidup ibu dan anak.

Contoh kasus semacam ini ditemukan pada pertemuan Tim Ibu Indonesia dengan warga setempat di sebuah perkampungan Jakarta. Jamilah, bukan nama yang sebenarnya, menceritakan pengalamannya merawat anak yang ditinggalkan orangtuanya.  

"Ibunya hamil tua ditinggal suaminya, dia stress terus mau digugurin. Saya larang dan saya suruh dia tinggal disini sampai bayinya lahir, setelah itu bayinya saya rawat sampai sekarang," tuturnya.

Kasus ayah dari seorang anak yang tidak bertanggung jawab hingga kini merupakan hal yang tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Padahal, telah diatur undang-undang di Indonesia mengenai tanggungjawab seorang ayah terhadap anaknya. Dilansir dari detik.com, meskipun pasangan yang tidak terikat pernikahan sah di mata hukum negara, hubungan biologis antara ayah dengan anak tidak bisa diputus. Sesuai dengan putusan MK No 46/PUU-VIII/2010 tanggal 17 Februari 2012, yakni:

 "Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya."

3. Tingginya biaya persalinan

Tingginya biaya persalinan bagi beberapa kalangan membuat mereka memutuskan untuk menerima tawaran adopsi. Dalam banyak kasus, para ibu yang memutuskan untuk menyerahkan anaknya untuk diadopsi menghadapi tekanan emosional yang luar biasa. Mereka mungkin merasa tidak mampu memberikan perawatan dan dukungan yang cukup kepada anak mereka, sehingga menganggap adopsi sebagai pilihan terbaik untuk kesejahteraan anak, diiringi dengan perasaan bersalah, kehilangan, dan tentu rasa sakit yang dalam. 

 

Comment As:

Comment (0)