Oleh Patricia, Nani, dan Berber
Kami tiba di Bandung pada tanggal 20 Juli 2023 dan dijemput oleh rekan dari Pardi pada sore harinya, kami berangkat ke sekolah musik ‘Saung Angklung Udjo’ dimana kami menikmati pertunjukkan musik/tari yang berlangsung kurang lebih 2,5 jam. Saya/kami terkagum-kagum dan disini juga semuanya keluar dari diri saya, ‘Saya sudah merindukan ini selama ini’. Kami juga diperbolehkan membuat musik sendiri dan anak-anak juga mengundang mereka dari penonton untuk ikut menari. Aku punya waktu dalam hidupku.
Tanggal 22 Juli 2023 kami sampai di Yogyakarta, sekitar tengah hari kami dijemput di hotel oleh Dwi yakni istri dari Pardi. Kami pertama kali pergi ke pasar lokal. Kami membeli produk-produk segar disana untuk membuat Sayur Lodeh, dan ya kami juga membeli ayam yang terlihat tergeletak di meja. Sesampainya di rumah Dwi, kami semua melakukan persiapan dan ngobrol di sela-sela mengenai apa saja. Setelah 2-3 jam makanan sudah jadi dan kami semua duduk bersama termasuk supir dan Dwi dalam satu meja serta memakan makanan yang kami siapkan bersama-sama, enak sekali, bahkan semua anak memakannya. Itu tadi hari yang sangat menyenangkan dengan banyak terima kasih atas keramahtamahan Dwi dan pardi!
25 Juli 2023, malam terakhir kami di Yogyakarta. Dikarenakan Pardi tidak ada, Dwi menawarkan diri untuk mengakhiri malam terakhir bersama kami. Kami dijemput di hotel kami, ada 9 becak di depan pintu masing-masing menaikinya satu. Itu adalah perjalanan yang sangat indah melalui Yogyakarta, dan kami diturunkan di alun-alun kecil, tempat terindah di Yogyakarta dimana pada malam hari tempat tersebut menjadi salah satu lokasi para penduduk untuk bertemu. Kami minum-minuman lokal disana, saya lupa namanya. Ada 2 pohon di tengah lapangan. mereka menyebutnya pohon harapan kembar. Jika anda memiliki hati yang baik, anda dapat berjalan dengan mata tertutup di antara dua pohon dan kemudian membuat permohonan. Kami juga naik mobil berlampu neon yang mencapai kaca depan dengan bersepeda. Dwi membelikan setiap orang mainan yang harus ditembakkan ke udara seperti semacam ketapel, jika dilakukan dengan benar akan turun seperti parasut yang bercahaya.
Karena keesokan harinya kami harus bangun pagi, kami pun kembali ke hotel sedikit lebih awal, disana sayangnya kami berpamitan dengan Dwi. Betapa cantiknya dia, begitu ramah dan bersahabat, sama seperti Pardi tentunya. Bagaimana cara menjalin ikatan dengan seseorang yang baru anda kenal selama 2 hari?
Terima kasih kepada mereka dan Ibu Indonesia, kami bisa melihat, merasakan bagaimana kehidupan di Jakarta. Ini tentu saja hanyalah puncak gunung es, namun saya sangat berterima kasih kepada mereka karena mengizinkan kami merasakan hal ini. Saya kini kembali ke Belanda dan masih harus mencurahkan pengalaman dan emosi saya, untungnya saya mendapat bantuan untuk itu. Saya tidak bisa dan tidak ingin melakukan ini sendirian lagi.
Saya merekomendasikan Ibu Indonesia kepada semua anak adopsi yang sudah siap atau siap kembali ke asal usulnya. bahkan setelah perjalanan saya, mereka terbuka untuk percakapan yang baik atau ada untuk anda jika anda memiliki pertanyaan. Tanpa mereka, momen-momen ini tidak akan mudah untuk dialami, dan kami sangat senang bahwa kami dipandu dalam hal ini selama perjalanan kami.
Selain semua itu, saya sangat menghargai dan menghormati apa yang mereka lakukan terhadap anak angkat dan ibu kandungnya. Semoga jaringannya semakin besar dan banyak anak-anak serta ibu-ibu yang berkumpul kembali, siapa tahu nanti bisa sukses juga.